Disdik Balangan Gandeng HAFECS Gelar Kurikulum Training Spiritual Quotient
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan menggandeng HAFECS dari Yayasan Hasnur Centre, untuk menggelar Kurikulum Training Spiritual Quotient (SQ) bagi guru jenjang SD dan SMP se-Kabupaten Balangan.
Tingginya antusiasme para guru di Balangan membuat kurikulum training dibagi menjadi dua sesi. Batch pertama digelar pada 24-26 Januari 2023, sedangkan batch kedua pada 30 Januari hingga 1 Februari 2023, bertempat di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan. Total ada 180 peserta yang mengikuti sesi ini.
Kurikulum Training Spiritual Quotient (SQ) merupakan salah satu materi hasil inovasi dari HAFECS, dengan menggandeng para praktisi di bidangnya. Tema ini diharapkan bisa menjawab kebutuhan para guru dan tenaga pendidik akan pentingnya sisi spiritual dalam mengajar peserta didik dan mengawal para penerus bangsa.
Hadir dalam sesi SQ di Balangan, Coach Bayu Ramadhan, S. Psi., M.Sc., selaku praktisi psikologi, kemudian Coach Yudhistira Abdi Atmanegara, S.Si., Gr., selaku tenaga pendidik dan trainer HAFECS, serta Coach Muhammad Zamrony, Lc., selaku tenaga pendidik keislaman di SMP-SMA Global Islamic Boarding School (GIBS).
“Dasar bagi seorang tenaga pendidik adalah dengan memahami diri sendiri, memahami ‘aku dan diriku’, menganalisis kepribadian individu, lalu setelah itu bagaimana cara Anda melihat dan memahami dunia. Kita akan membahas tentang bagaimana membentuk pola pikir positif, dan apa motivasi rekan-rekan di sini saat memutuskan untuk menjadi seorang profesional,” jelas Coach Bayu Ramadhan.
“Pada kesempatan ini saya juga berbagi tentang pengetahuan pedagogis konten dan kerangka penguasaan pengajaran atau Teaching Mastery Framework (TMF) yang dikembangkan oleh HAFECS kepada rekan-rekan tenaga pendidik di Kabupaten Balangan, termasuk diantaranya adalah Design Thinking Mindset,” lanjut Coach Yudhistira.
“Sejatinya, pembelajaran di sekolah juga bisa beriringan dengan upaya pemahaman spiritual kepada siswa. Kami memberikan gambaran bagaimana sains dan agama yang senantiasa beriringan, dan kita sebagai tenaga pendidik memiliki peran untuk membangun empati kepada para siswa. Misal, kita bisa mengkomunikasikan mukjizat ketuhanan melalui aktivitas pembelajaran berbasis kekaguman kreasionisme,” tuntas Coach Zamrony.